Batik benang bintik :
Sumber foto :
http://centralborneo.net
A.
Selayang
Pandang
Batik
Benang Bintik merupakan kain batik khas daerah Kalimantan Tengah. “Benang”
dalam bahasa setempat berarti helaian kain putih, sedangkan “bintik” berarti
desain atau bintik yang diterakan di atas “benang”. Kekhasan pada baik ini
terletak pada jenis motif yang mencerminkan kebudayaan suku Dayak, suku asli
daerah tersebut. Motif-motif yang dituangkan dalam kain batik diambil dari
lukisan-lukisan atau ukiran-ukiran yang biasa digunakan oleh masyarakat Dayak
zaman dahulu dalam berbagai ritual atau upacara adat.
Motif
dalam Batik Benang Bintik juga terpengaruh oleh kepercayaan Suku Dayak yang
disebut Kaharingan. Meskipun kini sebagian besar Suku Dayak telah memeluk agama
resmi di Indonesia, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha, namun
mereka tidak meninggalkan kepercayaan leluhur yang disebut dengan Kaharingan.
Kepercayaan ini berkembang melalui simbol-simbol, baik yang berwujud benda alam
di ruang angkasa, bumi, maupun dalam diri manusia. Salah satu wujud dari simbol
kepercayaan tersebut adalah Batang Garing atau Pohon Kehidupan yang
melambangkan suatu hubungan vertikal antara manusia dengan sang Penguasa
(Raying Hatala) dan hubungan horizontal antara manusia dengan makhluk lain yang
ada di bumi.
Pohon
Kaharingan itulah yang kemudian menjadi ciri khas utama dari motif Batik Benang
Bintik di samping motif khas lainnya, seperti motif kawit tuyan, guci, tombak,
tameng, balain nihing, dan sebagainya. Meskipun terkadang terdapat motif lain
yang menghiasi kain Batik Benang Bintik, namun motif tersebut hanya merupakan
tambahan sebagai bentuk variasi dari para pengrajin. Sampai saat ini, Batik
Benang Bintik telah dipatenkan oleh Badan Karya Dunia sebagai karya Bangsa
Indonesia.
Pemilihan
Batik Benang Bintik sebagai ciri khas Kalimantan Tengah berawal dari keinginan
pemerintah setempat, yaitu Gubernur Soeparmanto (1989-1994), agar daerahnya
memiliki cenderamata yang khas sekaligus menjadi busana formal bercirikan
Kalimantan Tengah. Mengingat pemasarannya masih terbatas pada pasar lokal, maka
berbagai upaya pun dilakukan untuk memperkenalkan Batik Benang Bintik kepada
masyarakat luas. Di antaranya adalah mengikuti pameran-pameran di luar daerah
dan menetapkan kebijakan untuk menggeliatkan penggunaannya seperti mewajibkan
pegawai instansi pemerintah menggunakan Batik Benang Bintik seminggu sekali.
B.
Keistimewaan
Batik
Benang Bintik merupakan salah satu aset budaya masyarakat Kalimantan Tengah
yang tak ternilai harganya. Batik ini tidak hanya mengandung nilai seni yang
tinggi, tetapi juga memiliki karakter yang sangat khas sehingga menjadi
identitas diri masyarakat Kalimantan Tengah, khususnya Suku Dayak. Karakter
dari batik ini terlihat pada motif-motif etniknya yang khas sekaligus menjadi
ciri pembeda dari batik-batik lainnya. Selain itu, hasil kerajinan tangan suku
Dayak ini juga memiliki banyak pilihan motif maupun model yang relevan dengan
kebutuhan zaman. Jika pada awalnya batik ini hanya dikenakan pada upacara adat
atau pernikahan, kini Batik Benang Bintik sering dipakai dalam berbagai
kegiatan penting seperti festival, ajang pemilihan model, maupun kegiatan seni
dan budaya daerah lainnya.
Menciptakan
Batik Benang Bintik yang berkualitas dan bernilai seni tinggi memang bukan
pekerjaan mudah. Ditambah lagi, peralatan yang digunakan oleh para pengrajin
masih sangat sederhana sehingga berpengaruh pada segi ketepatan waktu
penyelesaian setiap unit produksi. Namun bagi para pengrajin, jumlah hasil
produksi bukan menjadi ukuran tetapi lebih pada kualitas dan nilai seninya.
Seperti
halnya batik yang lain, proses pembuatan Batik Benang Bintik juga harus melalui
beberapa tahap. Tahap pertama dimulai dari menyiapkan peralatan dan bahan baku
seperti kain dobi, rayon kembang, sutra bermotif, sutra polos, pewarna, lilin
malam, dan soda. Bahan-bahan baku tersebut umumnya didatangkan dari Pulau Jawa.
Tahap berikutnya adalah pengecapan atau pemberian motif pada kain polos dengan
menggunakan canting cap, dilanjutkan dengan pencoletan atau pemberian warna ke
dalam motif. Setelah itu, kain yang telah bermotif diberi warna dasar yang
terdiri dari warna prosen atan warna neptol (biasa disebut dengan penjegeran).
Tahap
selanjutnya adalah plorotan atau perebusan kain untuk membersihkan lilin yang
melekat pada motif kain. Kain yang telah direbus kemudian dicuci sampai bersih
lalu dijemur. Khusus kain yang diberi warna dasar prosen tidak boleh terkena
sinar matahari langsung, tetapi cukup diangin-anginkan selama 12 jam sembari
dibolak-balik agar warnanya merata. Setelah kering, Batik Benang Bintik siap
untuk dipasarkan, baik dalam bentuk kain maupun dalam bentuk pakaian jadi
seperti rok, sarung, daster, kemeja, maupun selendang.
C.
Lokasi
Salah
satu sentra pembuat Batik Benang Bintik yang cukup terkenal di Kota
Palangkaraya terdapat di Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya. Selain
itu, terdapat juga beberapa toko Batik Benang Bintik yang tersebar di dalam
Kota Palangkaraya seperti di Jalan Diponegoro, Jalan Lumba-Lumba II, dan Jalan
Cilik Riwut.
D.
Akses
Kota
Palangkaraya dapat diakses melalui jalur udara maupun dari jalur darat. Di kota
ini terdapat Bandara Tjilik Riwut yang melayani jalur penerbangan ke kota-kota
di pedalaman maupun antarprovinsi di Indonesia. Jika berangkat dari Kota
Banjarmasin, Anda dapat menggunakan jalur darat dengan waktu tempuh sekitar 3-4
jam.
E.
Harga
Batik
Benang Bintik dijual dengan harga bervariasi tergantung bahan kainnya. Untuk
kain semi sutra dijual dengan harga Rp. 50.000,00 per meter. (2011).
Dari
berbagai sumber
Sumber
foto:
http://funkyfreedom.multiply.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar